Minggu, 09 November 2014

Tugas Paikologi Manajement 2



Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik

Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Menurut teori harapan yang bisa mendorong kinerja seseorang yaitu : “Harapan seseorang mewakili keyakinan seorang individu bahwa tingkat upaya tertentu akan diikuti oleh suatu tingkat kinerja tertentu”. Sehubungan dengan tingkat ekspektansi seseorang Craig C. Pinder (1948) dalam bukunya Work Motivation berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat harapan atau ekspektansi seseorang yaitu:
a. Harga diri.
b. Keberhasilan waktu melaksanakan tugas.
c. Bantuan yang dicapai dari seorang supervisor dan pihak bawahan.
d. Informasi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas
e. Bahan-bahan baik dan peralatan baik untuk bekerja.

Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 
    E (Existence atau keberadaan)
    R (Relatedness atau hubungan)
    G (Growth atau pertumbuhan)
Ketiga kebutuhan pokok manusia ini diurai Aldelfer sebagai simplifikasi teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow sebagai berikut:
1) Existence atau keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman.
2) Relatedness atau hubungan mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslow.
3) Growth atau pertumbuhan adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow.

Kepemimpinan
1. Otokratik

Pola kepemimpinan otokratik disebut juga kepemimpinan diktator. Orang yang menganut pola kepemimpinan seperti ini dalam mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para bawahannya yang harus melaksanakan atau seseorang yang akan dipengaruhi keputusan tersebut. mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya.

Situasi yang sesuai dengan pola kepemimpinan seperti ini yaitu ketika pemimpin membuat peraturan mengenai disiplin kerja yang baik, mengawasi kinerja karyawan pada saat dilapangan, ketika didapati karyawan yang melanggar aturan atau tidak mengerjakan tugasnya dengan baik, dan tidak bertanggung jawab

2. Demokratik

Pola kepemimpinan Demokratik berbeda dengan gaya otokratis kepemimpinan demokratik memperyimbangkan keinginan dan ide-ide para bawahannya. Dalam pola kepemimpinan demokratik melibatkan para bawahannya yang harus melaaksanakan keputusan, menerima masukan dan rekomendasi dari para bawahan.

Situasi yang cocok dalam pola kepemimpinan ini adalah ketika mengadakan musyawarah, rapat, dan juga pada saat karyawan melanggar aturan atau membuat kesalahan pola kepemimpinan ini juga efektif dilakukan oleh seorang pemimpin yaitu dengan menasehati dan menegur agar mengarahkan karyawan dapat lebih baik lagi dalam pekerjaannya. Bisa juga pada saat pemimpin melakukan kesalahan karyawan boleh menegur dan memberikan masukan untuk lebih baik lagi jadi pemimpin menerima pendapat dari bawahannya.

3. Permisif

Pemimpin permisif merupakan pemimpin yang tidak mempunyai pedirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pemimpin yang menggunakan pola kepemimpinan seperti ini memberi kebebasan kepada bawahannya, sehingga bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat tehadap suatu permasalahan dan cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan.

Sumber:
Tumbol,L.C.,Tewal,B.,Sepang,L.J.(2014).Gaya kepemimpinan otokratis,demkratik dan Laissez faire        terhadap peningkatan
 http://e-jurnalpendidikan.blogspot.com/2011/12/teori-motivasi-menurut-para-ahli.html#.VF-KIMnqvIU
Hasyim, B. (2013). Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan pada bagian operator SPBU. Jurnal management.
Universitas hasanudin. Vol.10, No.3.