Terapi
Kelompok
A.
Pengertian
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa
yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di
Indonesia dalam Yosep, 2007).
B.
Proses
Terapi Kelompok
Hasil penelitian menunjukkan proses
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok mencakup pengorganisasian dan fase kerja.
Partisipan-partisipan memberikan pernyataan bahwa proses pertama dari kegiatan
Terapi Aktivitas Kelompok adalah pengorganisasian, meliputi kegiatan menentukan
waktu pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok, menentukan leader, co leader,
fasilitator dan observer, menentukan peserta dan merencanakan jenis Terapi
Aktivitas Kelompok yang akan dilaksanakan.
Pemaparan partisipan yakni
menentukan waktu pelaksanaan, menentukan leader, co leader, fasilitator dan
observer serta menentukan peserta Terapi Aktivitas Kelompok telah sesuai dengan
teori menurut Yalom, fase pertama dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan,
pembagian tugas, siapa yang menjadi leader, anggota, tempat pelaksanaan, waktu
pelaksanaan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber-sumber yang diperlukan kelompok.(Riyadi, 2009).
Pasien akan melakukan orientasi
terhadap anggota kelompok, tujuan serta target yang ingin dicapai pada fase
kerja serta mencakup kegiatan eksplorasi menurut jenis Terapi Aktivitas
Kelompok yang diberikan. Pernyataan-penyataan tentang fase kerja Terapi
Aktivitas Kelompok sedikit berbeda dari konsepnya, dimana dalam teori
disebutkan bahwa terdapat fase awal dalam Terapi Aktivitas Kelompok meliputi
kegiatan Orientasi, konflik dan kebersamaan sehingga dapat
disimpulkan bahwa proses Terapi Aktivitas Kelompok
terdiri dari tahap pengorganisasian dan kerja.
Hal-hal yang dirasakan perawat
dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok menurut partisipan adalah perasaan
positif dan negatif. Perawat merasakan perasaan positif dalam pelaksanaan
Terapi Aktivitas Kelompok, hal ini dinyaTerapi Aktivitas Kelompokan dengan
kata-kata senang, enjoy, asyik. Arti senang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah kata sifat yang berarti puas, berbahagia, tidak ada sesuatu yang
menyusahkan, mudah, tanpa rasa susah sedangkan asyik memiliki definisi senang.
Selain itu enjoy yang berarti mengalami sesuatu yang menyenangkan atau
memuaskan dalam melakukan pekerjaannya. Perasaan bangga juga dirasakan, yang
berarti besar hati, merasa gagah karena mempunyai keunggulan. Keunggulan yang
dimaksud oleh partisipan adalah intervensi keperawatan mandiri: Terapi
Aktivitas Kelompok yang dapat membawa manfaat bagi pasien yakni membawa
perubahan perilaku maladaptif menjadi adaptif. Perasaan negatif dinyaTerapi
Aktivitas Kelompokan oleh partisipan. Perawat mengalami kendala dalam
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Kendala adalah
faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau
mencegah mencapai sasaran. Bila dihubungkan pada konteks ini, adanya kondisi
yang menghalangi perawat untuk melakukan Terapi Aktivitas Kelompok sesuai
tujuannya. Kondisi ini merujuk kepada perasaan yang negatif.
Data-data yang terurai di atas
dirumuskan menjadi perasaan yang dirasakan perawat dalam pelaksanaan Terapi
Aktivitas Kelompok. Perasaan tersebut meliputi perasaan positif dan negatif.
C. Manfaat Terapi Kelompok
Terapi
aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :
a. Umum
1. Meningkatkan kemampuan
menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan
balik dengan atau dari orang lain.
2.
Membentuk sosialisasi
3. Meningkatkan fungsi
psikologis, yaitu meningkatkan
kesadaran tentang hubungan antara
reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap
stress) dan adaptasi.
4. Membangkitkan
motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
b. Khusus
1)
Meningkatkan identitas diri.
2)
Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3)
Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4) Bersifat
rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan
diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah
kehidupan dan pemecahannya.
D. Kasus-kasus yang diselesaikan dalam
terapi kelompok
a. Kasus tentang depresi
b. Kasus
tentang tindak kekerasan
c. Kasus tentang ansietas
d. Kasus Bullying
E. Contoh Terapi Kelompok
Seseorang
yang berusaha ingin berhenti merokok akan mencari jalan keluarnya. Namun tidak
semua orang bias berhasil dengan metode yang disarankan dari orang lain. Setiap
orang tentu memiliki alasan yang berbeda untuk berhenti merokok. Di dalam keluarga pun perokok mengalami
penolakan dari anggota keluarganya. Anak maupun istri akan menghindar jika
informan merokok. Bahkan penolakan dari istri yaitu dia tidak mau diajak
bercanda dan tidur bersama di kamar yang mengakibatkan informan
terdorong
untuk berhenti merokok.
Dorongan
dan anjuran anggota keluarga mampu menjadi alasan untuk berhenti merokok. Anak
dan istri informan ternyata terpengaruh gaya hidup perokok, terbukti mereka
mengikuti jejak informan sebagai perokok. Apalagi dalam keluarga itu terdapat balita
yang mudah terkena asap rokok yang akan berakibat buruk bagi kesehatannya
kelak.
Informan
A pernah mencoba berhenti merokok dengan mencari pengobatan yang bisa
menyembuhkan kecanduannya terhadap rokok. Pada awalnya dia pergi ke pengobatan
tradisional. Informasi itu diperoleh melalui temannya. Teman tersebut
memberitahu bahwa ada jamu khusus yang bisa menghilangkan nikotin dari dalam
tubuh. A langsung pergi membeli jamu yang ditunjukkan oleh temannya itu. Namun
dia merasa tidak puas. Kemudian dia mencoba dengan pengobatan modern yaitu
melalui dokter khusus yang menangani masalah kecanduan merokok. Dokter tersebut
member obat berupa permen “antinik” kepadanya. A merasa senang dengan obat
tersebut. Permen tersebut untuk meng-hilangkan nikotin dan tar yang ada dalam
paruparu. Setelah permen itu dikonsumsi ternyata rasanya pahit, sehingga dia
merasa tidak enak untuk merokok. Beberapa minggu kemudian setelah mengonsumsi permen
antinik tersebut dia merasa bersih dari nikotin, tiba-tiba muncul keinginan
untuk merokok kembali. Pengaruh teman-teman menyebabkan dia merokok. “Dulu saya
pernah berhenti, tapi nggak bisa gara-gara ada acara jagong. Waktu pemilu juga
mau berhenti, eh malah dikasih rokok dua pack. Akhirnya saya berikan pada istri
saya. Waktu itu rokoknya Class Mild. Jadi ringan untuk istri.”
Dia
terus berusaha terbebas dari rokok, apalagi melihat kondisi istri dan anak yang
mengikuti jejaknya sebagai perokok menyebabkan dorongan untuk hidup sehat semakin
kuat. Menurut pendapatnya, semua pengobatan tidak akan berguna kalau tidak ada
niat berhenti merokok dari perokok itu sendiri. Pengobatan atau terapi yang
ditawarkan oleh ahli kesehatan atau yang sejenisnya itu hanyalah perantara saja
untuk mewujudkan keinginan si penderita tadi. Metode perubahan perilaku adalah
seseorang berubah tanpa bantuan obat-obatan. Metode perubahan perilaku ini yang
paling sederhana, paling mudah dimengerti, paling banyak dicoba, tetapi paling
banyak membuat seseorang tidak berhasil atau gagal. Caranya tinggal berhenti
saja, tanpa perlu perencanaan yang terinci. Hanya ada modal ingin (wishful)
berhenti merokok dari perokok tersebut. Tegasnya keinginan yang kuat dari dalam
hati perokok itu sendiri.
Sumber
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.
Sinaga, Sulisno. 2012. JURNAL NURSING STUDIES. Volume
1. No: 1. Halaman 47,
Fawzani, Triratnawati. 2005. TERAPI BERHENTI
MEROKOK. VOL. 9. NO. 1