Senin, 11 Mei 2015

Tugas Terapi Kelompok 

Terapi Kelompok

A.    Pengertian
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007).
B.     Proses Terapi Kelompok
Hasil penelitian menunjukkan proses pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok mencakup pengorganisasian dan fase kerja. Partisipan-partisipan memberikan pernyataan bahwa proses pertama dari kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok adalah pengorganisasian, meliputi kegiatan menentukan waktu pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok, menentukan leader, co leader, fasilitator dan observer, menentukan peserta dan merencanakan jenis Terapi Aktivitas Kelompok yang akan dilaksanakan.
Pemaparan partisipan yakni menentukan waktu pelaksanaan, menentukan leader, co leader, fasilitator dan observer serta menentukan peserta Terapi Aktivitas Kelompok telah sesuai dengan teori menurut Yalom, fase pertama dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, pembagian tugas, siapa yang menjadi leader, anggota, tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok.(Riyadi, 2009).
Pasien akan melakukan orientasi terhadap anggota kelompok, tujuan serta target yang ingin dicapai pada fase kerja serta mencakup kegiatan eksplorasi menurut jenis Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan. Pernyataan-penyataan tentang fase kerja Terapi Aktivitas Kelompok sedikit berbeda dari konsepnya, dimana dalam teori disebutkan bahwa terdapat fase awal dalam Terapi Aktivitas Kelompok meliputi kegiatan Orientasi, konflik dan kebersamaan sehingga dapat
disimpulkan bahwa proses Terapi Aktivitas Kelompok terdiri dari tahap pengorganisasian dan kerja.
Hal-hal yang dirasakan perawat dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok menurut partisipan adalah perasaan positif dan negatif. Perawat merasakan perasaan positif dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok, hal ini dinyaTerapi Aktivitas Kelompokan dengan kata-kata senang, enjoy, asyik. Arti senang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata sifat yang berarti puas, berbahagia, tidak ada sesuatu yang menyusahkan, mudah, tanpa rasa susah sedangkan asyik memiliki definisi senang. Selain itu enjoy yang berarti mengalami sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan dalam melakukan pekerjaannya. Perasaan bangga juga dirasakan, yang berarti besar hati, merasa gagah karena mempunyai keunggulan. Keunggulan yang dimaksud oleh partisipan adalah intervensi keperawatan mandiri: Terapi Aktivitas Kelompok yang dapat membawa manfaat bagi pasien yakni membawa perubahan perilaku maladaptif menjadi adaptif. Perasaan negatif dinyaTerapi Aktivitas Kelompokan oleh partisipan. Perawat mengalami kendala dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Kendala adalah
faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau mencegah mencapai sasaran. Bila dihubungkan pada konteks ini, adanya kondisi yang menghalangi perawat untuk melakukan Terapi Aktivitas Kelompok sesuai tujuannya. Kondisi ini merujuk kepada perasaan yang negatif.
Data-data yang terurai di atas dirumuskan menjadi perasaan yang dirasakan perawat dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok. Perasaan tersebut meliputi perasaan positif dan negatif.

C.    Manfaat Terapi Kelompok

Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :

a.   Umum
1. Meningkatkan  kemampuan  menguji  kenyataan (reality  testing)  melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
            2. Membentuk sosialisasi
3. Meningkatkan  fungsi  psikologis,  yaitu  meningkatkan  kesadaran  tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.

b.  Khusus
1) Meningkatkan identitas diri.
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.

D.    Kasus-kasus yang diselesaikan dalam terapi kelompok

a.      Kasus tentang depresi
b.      Kasus tentang tindak kekerasan
c.      Kasus tentang ansietas
d.      Kasus Bullying



E.     Contoh Terapi Kelompok
Seseorang yang berusaha ingin berhenti merokok akan mencari jalan keluarnya. Namun tidak semua orang bias berhasil dengan metode yang disarankan dari orang lain. Setiap orang tentu memiliki alasan yang berbeda untuk berhenti merokok.  Di dalam keluarga pun perokok mengalami penolakan dari anggota keluarganya. Anak maupun istri akan menghindar jika informan merokok. Bahkan penolakan dari istri yaitu dia tidak mau diajak bercanda dan tidur bersama di kamar yang mengakibatkan informan
terdorong untuk berhenti merokok.
Dorongan dan anjuran anggota keluarga mampu menjadi alasan untuk berhenti merokok. Anak dan istri informan ternyata terpengaruh gaya hidup perokok, terbukti mereka mengikuti jejak informan sebagai perokok.  Apalagi dalam keluarga itu terdapat balita yang mudah terkena asap rokok yang akan berakibat buruk bagi kesehatannya
kelak.
Informan A pernah mencoba berhenti merokok dengan mencari pengobatan yang bisa menyembuhkan kecanduannya terhadap rokok. Pada awalnya dia pergi ke pengobatan tradisional. Informasi itu diperoleh melalui temannya. Teman tersebut memberitahu bahwa ada jamu khusus yang bisa menghilangkan nikotin dari dalam tubuh. A langsung pergi membeli jamu yang ditunjukkan oleh temannya itu. Namun dia merasa tidak puas. Kemudian dia mencoba dengan pengobatan modern yaitu melalui dokter khusus yang menangani masalah kecanduan merokok. Dokter tersebut member obat berupa permen “antinik” kepadanya. A merasa senang dengan obat tersebut. Permen tersebut untuk meng-hilangkan nikotin dan tar yang ada dalam paruparu. Setelah permen itu dikonsumsi ternyata rasanya pahit, sehingga dia merasa tidak enak untuk merokok. Beberapa minggu kemudian setelah mengonsumsi permen antinik tersebut dia merasa bersih dari nikotin, tiba-tiba muncul keinginan untuk merokok kembali. Pengaruh teman-teman menyebabkan dia merokok. “Dulu saya pernah berhenti, tapi nggak bisa gara-gara ada acara jagong. Waktu pemilu juga mau berhenti, eh malah dikasih rokok dua pack. Akhirnya saya berikan pada istri saya. Waktu itu rokoknya Class Mild. Jadi ringan untuk istri.”
Dia terus berusaha terbebas dari rokok, apalagi melihat kondisi istri dan anak yang mengikuti jejaknya sebagai perokok menyebabkan dorongan untuk hidup sehat semakin kuat. Menurut pendapatnya, semua pengobatan tidak akan berguna kalau tidak ada niat berhenti merokok dari perokok itu sendiri. Pengobatan atau terapi yang ditawarkan oleh ahli kesehatan atau yang sejenisnya itu hanyalah perantara saja untuk mewujudkan keinginan si penderita tadi. Metode perubahan perilaku adalah seseorang berubah tanpa bantuan obat-obatan. Metode perubahan perilaku ini yang paling sederhana, paling mudah dimengerti, paling banyak dicoba, tetapi paling banyak membuat seseorang tidak berhasil atau gagal. Caranya tinggal berhenti saja, tanpa perlu perencanaan yang terinci. Hanya ada modal ingin (wishful) berhenti merokok dari perokok tersebut. Tegasnya keinginan yang kuat dari dalam hati perokok itu sendiri.

Sumber
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.
Sinaga, Sulisno. 2012. JURNAL NURSING STUDIES. Volume 1. No: 1. Halaman 47,

Fawzani, Triratnawati. 2005. TERAPI BERHENTI MEROKOK. VOL. 9. NO. 1